• Fallacia
Kesalahan
pemikiran dlm logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas
kesimpulan karena penalaran yg tidak sehat.
•
Kesalahan penalaran:
Diklasifikasikan
menjadi kesesatan formal dan kesesatan informal.
Ø Kesesatan
formal: pelanggaran tdhp kaidah logika, mis. Semua penodong berwajah
seram. Semua pengamen berwajah seram. Jadi semua pengamen adalah
penodong. Apa yg dilanggar?
Ø Kesesatan
informal: menyangkut kesesatan dlm bahasa. Mis. kesesatan diksi.
Contoh sbb:
•
Penempatan kata depan yg keliru: Antara hewan dan manusia memiliki
perbedaan.
• Mengacau
posisi subjek atau predikat: Karena tidak mengerjakan PR, guru
menghukum anak itu.
• Ungkapan
yg keliru: Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang
lalu.
•
Amfiboli: sesat krn struktur kalimat bercabang. Mis. Anto Anak Bu
Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.
•
Kesesatan aksen/prosodi: sesat krn penekanan yg salah dlm
pembicaraan. Mis. Ada aturan ‘Anda tdk boleh ganggu anak tetangga’.
Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.
•
Kesesatan bentuk pembicaraan:sesat krn org menyimpulkan kesamaan
konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Mis. Berpakaian artinya
memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri
artinya memakai isteri.
•
Kesesatan aksiden: yg aksidental dikacaukan dg hal yang hakiki. Mis.
Sawo matang adalah warna. Org Indonesia itu sawo matang. Maka, Org
Indonesia itu adalah warna.
•
Kesesatan krn alasan yg salah: Konklusi ditarik dr premis yg tak
relevan.
KESESATAN
PRESUMSI
•
Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
• Non
sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari
yang lalu saya berdebat dg dosen tsb.
• Analogi
palsu:Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dg
membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
•
Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka krn ia
bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab krn ia merdeka.
• Deduksi
cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti org baik.
Andi pasti orang baik.
• Pikiran
simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.
•
Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya krn ia bekas
narapidana.
•
Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi,
maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
•
Argumentum ad misericordiam: Seorg terdakwa meminta keringanan
hukuman krn mengaku punya banyak tanggungan.
•
Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror org lain.
•
Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai
psikoanalisa.
•
Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu
ada, maka Tuhan tidak ada.
• Argumen
utk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai
kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
• Non
causa pro causa: Org sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka
dia menganggap itu sbg penyebabnya.
KESESATAN RETORIS
•
Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yg dianggap benar disebut
reformator. Bila tdk disenangai maka disebut anggota pemberontak.
•
Penjelasan retorik: Dia tidak lulus krn tidak teliti mengerjakan
soal.
•
Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
•
Innuendo: Sy tdk mengatakan makanan tdk enak, tapi mau mengatakan
lukisan itu bagus.
• Loading
question: Apakah Anda masih tetap merokok?
•
Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu
memperlancar pencernaan.
•
Downplay: Jangan anggap serius omongannya krn dia hanya buruh
bangunan.
•
Lelucon/sindiran:
•
Hiperbola: membesarbesarkan.
•
Pengandaian bukti:studi menunjukkan.
• Dilema
semu: Tamu yg menolak kopi, langsung disuguhi sirup.
SILOGISME
Adalah suatu
simpulan dimana dari dua putusan (premis-premis) disimpulkan suatu
putusan yg baru. Prinsipnya bila premis benar, maka simpulannya
benar.
Macam – macam
Silogisme :
1. Silogisme
kategoris
• Arti:
silogisme yg premis dan simpulannya adalah putusan kategoris
(pernyataan tanpa syarat).
• Contoh:
M – P Perbuatan jahat itu haram.
S – M
Menghina itu adalah perbuatan jahat.
S – P
Maka, menghina itu haram.
Bila penalaran
baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.
•
Silogisme kategoris tunggal: mempunyai dua premis, terdiri atas 3
term S, P, M.
•
Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
(1) M adalah S
dlm premis mayor dan P dlm permis minor. Aturan: premis minor hrs sbg
penegasan, sedang premis mayor bersifat umum.
Mis. M – P
Setiap manusia dpt mati (mayor)
S –
M Aristoteles adalah manusia (minor)
S – P
Jadi, Aristoteles dpt mati (simpulan)
• (2) M jd
P dlm premis mayor dan minor. Aturan: salah satu premis harus
negatif. Premis mayor bersifat umum.
Mis
P – M Lingkaran
adalah bentuk bundar (mayor).
S – M Segitiga
bukan bentuk bundar (minor)
S – P Segitiga
bukan lingkaran (simpulan)
• (3) M
menjadi S dlm premis mayor dan minor. Aturan: premis minor hrs berupa
penegasan dan simpulannya bersifat partikular.
Mis
M-P
Mahasiswa itu org dg tugas belajar (Mayor)
M-S Ada
mahasiswa yg org bodoh (minor)
S-P
Jadi, sebagian org bodoh itu org dg tugas belajar (Simpulan)
• (4) M
adalah P dlm premis mayor dan S dlm premis minor. Aturan: premis
minor hrs berupa penegasan, sedangkan Simpulan bersifat partikular.
Mis.
P – M
Influenza itu penyakit (mayor)
M- S
Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
S-P Jadi,
sebagian yg mengganggu kesehatan itu influenza (Simpulan)
Silogisme
kategoris majemuk
•
Enthymema: silogisme yg dlm penalarannya tdk mengemukakan semua
premis scr eksplisit. Salah satu premis/simpulannya dilampaui,
disebut juga silogisme yg disingkat
•
Polisilogisme: deretan silogisme dimana simpulan silogisme yg satu
menjadi premis utk silogisme yg lainnya.
• Sorites:
silogisme yg premisnya lebih dr dua. Putusan2 itu dihubungkan satu
sama lain sedemikian, shg predikat dr putusan yg satu jadi subjek
putusan berikutnya.
Hukum silogisme
kategoris
•
Silogisme tdk boleh mengandung lebih dr tiga term (S, M, P). Kurang
dr tiga berarti tdk ada silogisme. Lebih dr tiga term artinya tdk ada
perbandingan. Ketiga term tetap sama artinya. Dlm silogisme S dan P
disatukan oleh perbandingan masing2 dg M.
• M tdk
boleh masuk dlm kesimpulan, krn M berfungsi mengadakan perbandingan
dg term2.
• Term S
dan P dlm simpulan tdk boleh lebih luas dr premis2nya. Jika S dan P
dlm premis partikular, maka dlm simpulan tdk boleh universal.
0 komentar:
Posting Komentar